|
MAKALAH
TANGGUNGJAWAB
MORAL DAN SOSIAL ILMUWAN
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Segala
puji bagi Allah SWT yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan
segenap anugrah dan kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya kami tidaklah mampu
menyelesaikan makalah ini tepat waktu sesuai dengn amanah yang diberikan kepada
kami. Shalawat dan Salam semoga tercurahkan kepada baginda tercinta yakni Nabi
Muhammad saw.
Makalah
ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang “Tanggungjawab Moral Dan
Sosial Ilmuwan” yang kami sajikan
berdasarkan pengetahuan kami dan sumber-sumber lain yang kami jadikan sebagai
referensi. Makalah ini kami susun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang
datang dari kami sebagai penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah ini
dapat terselesaikan.
Penyusunan makalah ini, kami
selaku penulis tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah
ini sehinggga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen yang
telah memberikan arahan kepada kami.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan pengetahuan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon
untuk saran dan kritiknya. Sekian dan terima kasih.
Wasslamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
Surakarta, Juni 2016
(Penulis)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................. i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
BAB ..... I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
C.
Tujuan Penulisan.......................................................................................... 3
D.
Manfaat Penulisan ....................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Imuwan............................................................................... ....... 4
B.
Perbedaan
Ilmuwan Dan Politisi/ Birokrat .................................................. 7
C.
Posisi
Ilmuwan Dalam Masyarakat....................................................... ....... 9
D.
Tanggungjawab
Ilmuwan Dalam Pembangunan.................................. ..... 10
BAB III
KESIMPULAN ........................................................................ 13
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dunia ilmu pengetahuan
ialah dunia fakta, sedangkan life world mencakup pengalaman
subjek-praktis manusia ketika ia lahir, hidup dan mati, pengalaman cinta dan
kebencian, harapan dan putus asa, penderitaan dan kegembiraan, kebodohan dan
kebijaksanaan. Dunia ilmu pengetahuan ialah dunia objektif, universal,
rasional, sedangkan life world adalah dunia sehari-hari yang subjektif,
praktis dan situasional. Lebih dari itu, realitanya adalah bahwa manusia memang
hidup di dalam dua dunia, yaitu: dunia ilmu pengetahuan dan dunia praktis. Ilmu
pengetahuan menawarkan cara kerja rasional. Prinsip kausalitas misalnya menjadi
prinsip rasional dari ilmu pengetahuan. Sementara itu kita juga tidak bisa
melepaskan diri dari dunia sehari-hari dan tradisi dengan segala macam bentuk
kepercayaan dan prakteknya. Berbicara tentang ilmu pengetahuan, maka sudah
tidak asing bahwa orang yang bekerja dan mendalami dengan tekun dan
sungguh-sungguh dalam bidang ilmu
pengetahuan tersebut disebut
dengan ilmuwan.
Ketika seseorang diberi
‘label’ sebagai ilmuwan, maka hal itu didasari dengan peran yang dilakukannya,
ciri, serta tanggung jawabnya dalam ilmu atau hasil penemuannya. Tanggung jawab
secara umum tidak hanya ada pada makhluk hidup namun terdapat juga pada bidang
yang ditekuni oleh manusia, seperti negarawan, budayawan, ilmuwan dan
sebagainya. Karena pada hakikatnya tanggung jawab merupakan hal yang lazim ada
pada setiap makhluk hidup (Tarigan, 2004).
Kata ilmuwan ini muncul
kira-kira tahun 1840 untuk membedakan ilmuwan dengan para filsuf, kaum
terpelajar, kaum cendikiawan, dan lain sebagainya. Dewasa ini, kata ilmuwan
tentu bukanlah hal yang asing. Secara sederhana ia diberi makna ahli atau
pakar; dalam KBBI, kata ilmuwan sendiri bermakna: orang yg ahli atau banyak
pengetahuannya mengenai suatu ilmu; orang yg berkecimpung dalam ilmu
pengetahuan (KBBI Online). Serta orang yang melakukan serangkaian aktivitas
yang disebut ilmu, kini lazim disebut pula sebagai ilmuwan (scientist).
Sedangkan dalam buku Filsafat
Ilmu, kata ilmuwan memiliki beberapa pengertian sebagaimana dalam pandangan
McGraw-Hill Dictionary Of Scientific and Technical Term adalah seorang
yang mempunyai kemampuan dan hasrat untuk mencari pengetahuan baru, asas-asas
baru, dan bahan-bahan baru dalam suatu bidang ilmu. Pandangan lain tentang
ilmuwan dikemukakan oleh Maurice Richer, Jr., menurutnya ilmuwan adalah mereka
yang ikut serta dalam ilmu, dalam cara-cara yang secara relatif langsung dan
kreatif (The, 2000). Dari baberapa pemaparan pokok tersebut dapat disimpulkan
bahwa ilmuwan merupakan orang yang melakukan kegiatan atau aktivitas yang
berkaitan dengan bidang keilmuan.
Media yang dimanfaatkan
oleh ilmuwan adalah permasalahan, yang mana permasalahan ini merupakan objek
dalam ilmu pengetahuan, dan objek tersebut terdiri dari dua kategori, objek
material dan objek formal. Yang berkaitan dengan objek material adalah sasaran
material suatu penyelidikan, pemikiran atau penelitian ilmu; objek material
penelitian mencakup sifat kongkrit, abstrak, material, non material. Adapun
objek formalnya adalah pendekatan secara cermat dan bertahap menurut segi-segi
yang dimiliki oleh objek materi dan berdasarkan kemampuan seseorang.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa ilmuwan
merupakan seorang yang ahli dalam suatu bidang ilmu tertentu dan berkewajiban
mengembangkan suatu bidang ilmu yang menjadi keahliannya dengan mengadakan
penelitian demi menemukan hal-hal baru yang akan menjadi kontribusi ilmiah
khususnya bagi bidang ilmu tertentu yang menjadi spesialisasi keahliannya dan
umumnya bagi bidang-bidang ilmu lain, karena tidak dapat dipungkiri bahwa
hakikatnya antara satu bidang ilmu dengan bidang ilmu lainnya memiliki
keterkaitan, satu sama lainnya saling melengkapi. Selain itu pula Ilmu
pengetahuan membawa berkah dan nilai kemakmuran bagi manusia tanpa meninggalkan
tata nilai, etika, moral dan filosofi. Seorang ilmuwan memiliki kemampuan
untuk bertindak persuasif dan argumentatif berdasarkan pengetahuan yang
dimiliki dan kemampuan analisis dan sintesis untuk mengubah kegiatan non
produktif menjadi produktif. Namun tugas ilmuwan bukan hanya sekedar untuk
mencari permasalahan yang bertujuan mencari kebenaran, akan tetapi seorang
ilmuwan juga mengemban suatu tanggung jawab memecahkan permasalahan keilmuan
serta mempertanggung jawabkan hasil temuannya dan mempublikasikan keseluruh
dunia.
Berikut adalah kajian
yang membahas tentang ilmuwan dan seluk beluknya yang berupa ciri-ciri, kode
etik sebagai seorang ilmuwan, peran dan fungsinya, tanggung jawab yang diemban,
dan hal-hal yang harus dilakukan dan dihindari sebagai seorang ilmuwan yang
berkaitan dengan karya ilmiah yang dihasilkan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud pengertian ilmuwan ?
2.
Apa
perbedaan ilmuwan dan politisi/ birokrat ?
3.
Bagaimana
posisi ilmuwan dalam masyarakat?
4.
Apa
tanggungjawab seorang ilmuwan dalam pembangunan?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Menjelaskan
pengertian ilmuwan
2.
Menjelaskan
perbedaan ilmuwan dan politisi/ birokrat
3.
Menjelaskan
posisi ilmuwan dalam masyarakat
4.
Menjelaskan
tanggungjawab ilmuwan dalam pembangunan
D.
Manfaat Penulisan
Penulisan ini bertujuan memberikan
informasi kepada para pembaca dalam mengetahui pengertian ilmuwan, perbedaan
ilmuwan dan politisi/ birokrat, menjelaskan posisi ilmuwan dalam masyarakat,
serta menjelaskan tanggungjawab ilmuwan dalam pembangunan sehingga dapat
dikembangkan dalam kehidupan sehari – hari serta tepat guna sesuai sasaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ilmuwan
Pengertian Ilmuwan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1996: 576) Ilmuwan adalah orang yang ahli, orang yang banyak pengetahuan
mengetahui suatu ilmu, orang yang berkecimpung dalam ilmu
pengetahuan, orang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan
tekun dan sungguh-sungguh. Menurut difinisi diatas ilmuan merupakan orang yang
benar-benar ahli yang berkerja dalam bidang ilmu pengetahuan dengan tekun dan
bersungguh-sungguh. Dalam Ensiklopedi Islam (1994:203) mengartikan
ilmuwan sebagai orang yang ahli dan banyak pengetahuannya dalam suatu atau
beberapa bidang ilmu. Jadi ilmuan diartikan sebagai seseorang yang mempunyai
banyak pengetahuan dalam satu atau beberapa bidang kajian ilmu. Sedangkan
menurut Webster Dictionary, Ilmuwan (Scientist) adalah
seorang yang terlibat dalam kegiatan sistematis untuk memperoleh pengetahuan
atau ilmu, dalam difinisi tersebut dijelaskan bahwa ilmuan merupakan orang yang
terlibat dalam kegiatan yang mempunyai sistem yang jelas untuk memperoleh suatu
ilmu pengetahuan.
Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmuwan adalah
orang yang bekerja dan menekuni bidang ilmu tertentu. Pada hakikatnya ilmuwan
adalah manusia yang biasa berpikir dengan teratur dan teliti, bukan saja jalan
pikirannya mengalir melalui pola-pola yang teratur namun juga segenap materi
yang menjadi bahan pemikirannya dikaji dengan teliti.
Ciri Ilmuwan
Ciri yang menonjol pada
ilmuwan terletak pada cara berpikir yang dianut serta dapat dilihat pula pada
perilaku ilmuwan tersebut. Para ilmuwan memilih bidang keilmuan sebagai
profesi, dengan demikian harus tunduk pada wibawa ilmu karena ilmu merupakan
alat yang paling mampu untuk dimanfaatkan dalam mencari dan mengetahui
kebenaran.
Seorang ilmuwan tidak
cukup hanya dengan mempunyai daya kritis yang tinggi atau pun pragmatis, namun juga harus jujur, memiliki
jiwa yang terbuka dan tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran,
netral, yang tidak kalah penting adalah penghayatan terhadap etika serta moral
ilmu yang harus di junjung tinggi. Seorang Ilmuwan dapat
dilihat dari beberapa aspek :
- Dari cara kerja; cara kerja untuk mengungkap segala sesuatu dengan
metode sains yaitu: mengamati, menjelaskan, merumuskan masalah, melakukan
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisa data, membuat kesimpulan.
- Dari kemampuan menjelaskan hasil dan cara memperolehnya, misalnya jika
seorang mengklaim telah melihat Gajah, maka ia harus mempu menjelaskan
ciri-ciri gajah, seperti: memiliki taring, badannya besar, kupingnya
lebar.
- Dari sikap terhadap alam dan permasalahan yang dihadapi.
Sikap yang harus
dimiliki oleh seorang ilmuwan antara lain adalah:
·
hasrat ingin tahu yang
tinggi
·
tidak mudah putus asa
·
terbuka untuk dikritik
dan diuji
·
menghargai dan menerima
masukan
·
jujur
·
kritis
·
kreatif
·
sikap positif terhadap
kegagalan
·
rendah hati
·
hanya menyimpulkan
dengan data memadai
Syarat Yang
Harus Dipatuhi Sebagai Seorang Ilmuwan
Ada beberapa syarat
yang harus dilalui seseorang agar layak disebut sebagai ilmuwan, salah satunya
adalah ilmuwan tersebut harus mengadakan penelitian yang menghasilkan karya
ilmiah yang bisa diterima di masyarakat, karya ilmiah tersebut harus memenuhi sistematika-sistematika
yang harus dipenuhi oleh ilmuwan sebagai syarat agar penelitiannya layak
disebut sebagai karya ilmiah. Yang pokok dalam sistematika penulisan adalah logical
sequence (urutan-urutan logik) dari penulisan. Sistematika suatu karya
ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan sistematika yang diminta oleh media
publikasi (jurnal atau majalah ilmiah), sebab bila tidak sesuai akan sulit
untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah tidak ada artinya sebelum
dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan penerbit tentang sistematika
karya ilmiah yang akan dipublikasi, namun pada umumnya meminta penulis untuk
menjawab empat pertanyaan berikut: (1) Apa yang menjadi masalah?; (2) Kerangka
acuan teoretik apa yang dipakai untuk memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara
yang telah dilakukan untuk memecahkan masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?;
serta (5) Makna apa yang dapat diambil dari temuan itu?. Paparan tentang apa
yang menjadi masalah dengan latar belakangnya biasanya dikemas dalam bagian Pendahuluan.
Paparan tentang kerangka acuan teoretik yang digunakan dalam memecahkan
masalah umumya dikemukakan dalan bagian dengan judul Kerangka Teoritis atau
Teori atau Landasan Teori , atau Telaah
Kepustakaan, atau label-label lain yang semacamnya. Paparan
mengenai apa yang dilakukan dikemas dalam bagian yang seringkali diberi judul Metode
atau Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan
Metode. Jawaban terhadap pertanyaan apa yang ditemukan umumnya
dikemukakan dalam bagian Temuan atau Hasil Penelitian.
Sementara itu paparan tentang makna dari temuan penelitian umumnya dikemukakan
dalam bagian Diskusi atau Pembahasan.
Dalam penulisan karya
ilmiah, penulis harus secara jujur menyebutkan rujukan terhadap bahan atau
pikiran yang diambil dari sumber lain. Pemakaian bahan atau pikiran dari suatu
sumber atau orang lain yang tidak disertai dengan rujukan dapat diidentikkan
dengan pencurian. Penulis karya ilmiah harus menghindarkan diri dari tindak
kecurangan yang lazim disebut plagiat. Plagiat merupakan tindak kecurangan yang
berupa pengambilan tulisan atau pemikiran orang lain yang diaku sebagai hasil
tulisan atau hasil pemikirannya sendiri. Dalam menulis karya ilmiah,
rujuk-merujuk dan kutip-mengutip merupakan kegiatan yang tidak dapat dihindari.
Kegiatan ini amat dianjurkan, karena perujukan dan pengutipan akan membantu
perkembangan ilmu.
Atau dengan kata lain, karya ilmiah perlu dilengkapi
dengan daftar pustaka, yang memaparkan karya ilmiah lain yang digunakan sebagai
rujukan. Agar dapat ditelusuri orang lain penulisan karya ilmiah rujukan
tersebut perlu memuat nama pengarang, judul karya ilmiah, tahun penerbitan,
serta penerbitnya. Tata cara penulisan daftar pustaka perlu juga memberikan
isyarat apakah karya ilmiah yang dirujuk itu berupa buku, jurnal, makalah
seminar, laporan penelitian yang tidak dipublikasi, dokumen Web, dll. Oleh
karenanya ada tata cara yang ditetapkan untuk menuliskan daftar pustaka. Namun
demikian terdapat banyak versi tata cara penulisan daftar pustaka, bergantung
pada tradisi yang dipegang oleh masyarakat keilmuan dalam masing-masing bidang.
Namun Tata cara apapun dapat saja dipakai asalkan pemakaiannya konsisten. Namun
demikian apabila karya ilmiah kita ingin dipublikasikan dalam jurnal tertentu,
kita harus menyesuaikan diri dengan tata cara penulisan daftar pustaka yang
ditetapkan oleh redaksi jurnal tersebut.
B.
Perbedaan
Ilmuwan dan Politisi / Birokrat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1996: 576) ilmuwan adalah orang yang ahli atau banyak pengetahuannya mengenai
suatu ilmu atau orang yang berkecimpung di ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu itu
sendiri adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem
menurut metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala tertentu
di bidang pengetahuan itu. Dan Politisi adalah ahli politik, ahli
kenegaraan atau orang yang berkecimpung di bidang politik sedangkan politik itu
sendiri adalah pengetahuan mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan atau
segala tindakan atau kebijakan dalam menangani suatu. Sedangkan
pengertian politisi dalam (http://id.wikipedia.org/wiki/Politisi) adalah seorang yang terlibat dalam politik, dan kadang juga termasuk para ahli politik. Politisi
juga termasuk figur politik yang ikut serta dalam pemerintahan.
Menurut definisi diatas dapat
ditarik diambil kesimpulan bahwa Ilmuwan bicara dengan data dan menyampaikan
informasi yang sebenarnya secara objektif kepada masyarakat luas untuk
kepentingan ilmu pengetahuan sedangkan politisi bicara sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai baik tujuan kelompok atau individu. Sehingga perbedaan
Ilmuwan dan politisi adalah Ilmuwan itu objektif, dan berbicara data
dalam penyampaian informasi, sedangkan politisi bicara sesuai dengan
tujuannya yang ingin dicapai.
Sikap
politik yang mendasarkan diri pada pendekatan ilmiah akan mendorong sikap
politik yang bersifat demokratis. Apabila pada kondisi tertentu ilmuwan
berperan sebagai birokrat atau teknokrat hendaknya tidak mengabaikan tanggung
jawab profesioanalnya yang berlandaskan asas moral ilmuwan. Jadi keterlibatan
ilmuwan secara langsung maupun tidak langsung dalam ranah politik, hendaknya
tidak meninggalkan tanggung jawab profesionalnya sebagai seorang ilmuwan yang
mencintai kebenaran dan kejujuran.
Era
reformasi di Indonesia menyebabkan keterlibatan ilmuwan dalam dunia politik
seperti tidak terhindarkan. Perubahan cakrawala politik Indonesia menyebabkan
para ilmuwan yang semula bergerak sekitar kampus dan lembaga penelitian
kemudian terjun ke dunia politik praktis, hal itu dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya yaitu:
a.
Faktor Internal
Faktor dari
ilmuwan itu sendiri yaitu tidak mempunyai sikap idealis dan moral yang tinggi
sehingga mudah berubah pendiriannya. Ilmuwan harus mempunyai sikap idealis dan
moral yang baik untuk mengembangkan ilmunya untuk kepentingan bangsa secara
menyeluruh.
b.
Faktor Eksternal
Faktor dari
luar yaitu adanya pengaruh dari lingkungan ketika seorang ilmuwan menjabat
sebagai sebagai birokrat, misalnya ada tawaran materi atau kedudukan yang lebih
tinggi dari penguasa sehingga meluluhkan rasa idealis ilmuwan itu, bisa juga
karena rasa malu karena masih ada hubungan kerabat sehingga tidak kuasa untuk
menolak. Hal semacam itu yang memebuat keadaan ilmuwan semakin tidak menentuk
karena mereka akan keluar dari jalur idealis dari seorang ilmuwan. Apabila
profesionalisme ilmuwan tetap dipertahankan dalam peran-peran politiknya,
diharapkan tercipta kondisi politik yang demokratis, yang berpihak pada rakyat.
Keterlibatan ilmuwan di dunia
politik kemungkinan menimbulkan masalah apabila keterikatannya terhadap partai
atau kelompok dapat menyebabkan keputusan-keputusan yang diambil tidak
berdasarkan pada kebenaran faktual, tetapi berdasarkan sentimen-sentimen
kelompok. Hasil pemikiran ilmiah semata-mata bertopang pada kekuatan
argumentasi ilmiah dan tidak bersandar pada kekuatan sosial dan politik. Dalam
menyandang tanggung jawab profesional ilmuwan kadangkala bersebarangan dengan
politisi dan para profesioanal lainnya, untuk menghindari masalah ini
diperlukan kontrol dari pada ilmuwan lain atau masyarakat, karena pada dasarnya
semua keputusan adalah untuk kepentingan semua rakyat dan merupakan kepentingan
nasional.
C.
Posisi
Ilmuwan Dalam Masyarakat
Keterikatan antara ilmuwan dan
masyarakat tidak dapat dipisahkan karena ilmuan merupakan bagian dari
masyarakat itu sendiri, ilmuwan bisa juga sebagai agen perubahan, menurut
Havelock (1973) agen perubahan adalah orang yang membantu terlaksanannya
perubahan sosial masyarakat. Pada tahap ini ilmuwan memasuki aspek aksiologis
dimana penggunaan dan pemanfaatan ilmu menuntut untuk berhubungan langsung
dengan masyarakat yang sarat dengan nilai-nilai moral atau etika yang bersumber
dari agama atau tradisi budaya.
Bagaimanapun seorang ilmuwan
bersikap netral dalam mengkaji dan menyimpulkan suatu fakta tetapi
pemanfaatan ilmu tersebut selalu berkaitan dengan nilai-nilai moral. Ilmuwan
merupakan bagian dari masyarakat, ilmuwan mengamati dan mengukur masyarakat
seolah-olah mereka terlepas dari masyarakat dan terbebas dari kepentingan
pribadi serta semata-mata menyandarkan diri pada kebenaran-kebenaran obyektif
yang dihasilkan dari penelitian ilmiah. Pada saatnya ilmuwan akan kembali
kepada masyarakat dengan segala keterikatannya terhadap komunitasnya,
mengkomunikasikan hasil kajiannya untuk bersama-sama membangun masyarakat
kearah yang lebih baik. Ilmuwan memiliki tanggung jawab profesional dan
tanggung jawab sosial atas peran yang disandangnya, tanggung jawab profesional
lebih ditujukan kepada komunitas ilmuwan dalam pertanggungjawaban moral yang
berkaitan dengan landasan epistemologis. Tanggung jawab profesional itu
menyangkut asas-asas antara lain: kebenaran, kejujuran, tanpa kepentingan
langsung, menyandarkan diri pada kekuatan argumentasi, rasional, obyektif,
kritis, terbuka, pragmatis dan netral .
Dalam struktur masyarakat ilmuwan
ada pada lapisan tengah yang seolah menjembatani antara golongan elite dengan
kelas bawah. Lapisan tengah merupakan posisi strategis sehingga ilmuwan dapat
menjangkau ke atas dan merambah ke lapisan bawah. Dalam kondisi seperti ini
ilmuwan dan intelektual dapat menjadi agen perubahan sosial. Posisi yang
strategis ini harus diikuti dengan kemampuan para ilmuwan untuk dapat
berkomunikasi dengan elit politik maupun masyarakat. Apabila ilmuwan
mampu memberikan alternatif-alternatif kebijakan yang dapat diterima oleh elite
politik dan mampu mengkomunikasikannya kepada masyarakat, niscaya
tercipta hubungan yang harmonis antara elite politik, ilmuwan dan masyarakat.
D.
Tanggungjawab
Ilmuwan Dalam Pembangunan
Suatu bangsa pasti mempunyai
keunggulan dan kelebihan yang berbeda, menurut Dudung Darusalam dalam artikel
on-line (2011) membagi dua pilar keunggulan suatu bangsa yaitu (1). Pilar
keunggulan komparatif adalah tingkat kepemilikan sumberdaya anugerah Allah SWT,
berupa lahan yang subur, iklim yang baik, hutan dan laut yang luas dan kaya,
kandungan berbagai mineral yang tinggi, dan sebagainya. (2). Pilar keunggulan
kompetitif adalah tingkat kemampuan manusianya secara produktif dan efisien
permanen dan mengolah berbagai unsur keunggulan komparatif menjadi
produk-produk yang bernilai tinggi dan bersaing di pasar, di sini peran ilmuwan
sangat dibutuhkan dalam membangun suatu bangsa.
Menurut pielke dalam buku The Honest
Broker (2008) ada 4 peran tipe ilmuan, yaitu; (1) Pure Scientist (Ilmuan
murni), (2) Science Arbiter (Penyedia Ilmu), (3) Issue Advocate
(Advocad isu), (4) Honest Broker of Policy Option (Perantara
Jujur). Dari empat tipe ilmuan diatas mempunyai tugas dan peran masing-masing.
Misalnya untuk peran dari Pure Scientist dia akan memberikan semua
pengetahuan yang dia miliki dan dia merasa memiliki tanggung jawab dalam
memberikan informasi dasar kepada siapapun, apabila tergolong dalam Science
Arbiter maka perannya hanya memberikan informasi yang dibutuhkan saja.
Peran ketiga dikelompokkan sebagai Issue Advocade dalam hal ini peran
ilmuan hanya memberikan satu pilihan alternatif kasus dengan analisisnya saja
kemudian untuk peran dari honest broker of policy yaitu akan memberikan
informasi secara lengkap, kemudian memberikan pilihan dan dampak kebaikan serta
kekurangan dari setiap keputusan dan memberikan kebebasan pengambil keputusan
untuk menentukan pilihannya. Dalam perkembangannya ilmuan pantas menjalankan
pilihan empat peran itu demi untuk terciptanya masyarakat yang terdidik untuk
pembangunan yang lebih baik.
Pielke dalam Dudung Darusman (2011)
menyatakan ada empat peran tugas kaum intelektual:
a.
Mengembangkan ilmu pengetahuan: dari yang paling dasar
dan nyata (fisika) sampai yang paling tinggi dan abstrak (agama)
b.
Mengembangkan inovasi: teknologi, manajemen dan ahlak
yang lebih baik
c.
Menyampaikan atau menyalurkan ilmu pengetahuan dan
inovasi agar masuk kebijakan dan politik pembangunan yang lebih baik
d.
Membangun masyarakat berbasis ilmu pengetahuan, “knowledge
based society”
Sebenarnya sejak saat pertumbuhannya ilmu sudah terkait dengan
masalah-masalah moral namun dalam perspektif atau pandangan yang berbeda
(Suriasumantri Jujun S, 2001 : 231). Moral adalah sistem nilai (sesuatu yang
dijunjung tinggi) yang berupa ajaran (agama) dan paham (ideologi) sebagai
pedoman untuk bersikap dan bertindak baik yang diwariskan dari generasi ke
generasi berikutnya. Tujuan moral adalah mengarahkan sikap dan perilaku manusia
agar menjadi baik sesuai dengan ajaran dan paham yang dianutnya. Manfaat
moral adalah menjadi pedoman untuk bersikap dan bertindak atau berperilaku
dalam interaksi sosial yang dinilai baik atau buruk. Tanpa memiliki moral,
seseorang akan bertindak menyimpang dari norma dan nilai sosial dimana mereka
hidup dan mencari penghidupan (Prawironegoro Darsono, 2010:247).
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa ilmuwan harus memiliki
dasar moral yang kuat sehingga nantinya dalam Proses menemukan
kebenaran secara ilmiah mempunyai implikasi yang etis bagi seorang ilmuwan.
Karakteristik tersebut merupakan kategori moral yang melandasi sikap etis
seorang ilmuwan. Kegiatan intelektual yang meninggikan kebenaran sebagai tujuan
akan berpengaruh pada pandangan moral. Selain memberikan suatu informasi,
ilmuwan juga harus bisa memberikan contoh. Dalam hal ini ilmuwan harus bisa
berlaku obyektif, terbuka, menerima kritik, menerima pendapat orang lain, kukuh
dalam pendirian yang dianggap benar dan harus bisa mengakui kesalahan.
Ilmu merupakan hasil karya perseorangan yang dikomunikasikan dan dikaji
secara terbuka oleh masyarakat. Jika hasil karya itu memenuhi syarat keilmuwan
maka ia diterima sebagai bagian dari kumpulan ilmu pengetahuan dan digunakan
oleh masyarakat. Dengan kata lain, penciptaan ilmu bersifat individual namun
komunikasi dan penggunaan ilmu adalah bersifat sosial. Peranan individu inilah
yang menonjol dalam kemajuan ilmu, yang dapat saja mengubah wajah peradaban.
Jelas bahwa seorang ilmuwan mempunyai tanggungjawab sosial yang terpikul
dibahunya. Fungsinya selaku ilmuwan tidak berhenti pada penelaahan dan keilmuan
secara individual, namun juga ikut bertanggungjawab agar produk keilmuan sampai
dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat (Suriasumantri, 2001: 237). Implikasi
penting dari tanggungjawab sosial seorang ilmuwan adalah bahwa setiap pencarian
dan penemuan kebenaran secara ilmiah harus disertai dengan landasan etis yang
kukuh. Menurut Suriasumantri (2001:239), proses pencarian dan penemuan
kebenaran ilmiah yang dilandasi etika, merupakan kategori moral yang menjadi
dasar sikap etis seorang ilmuwan. Ilmuwan bukan saja berfungsi sebagai
penganalisis materi kebenaran tersebut tetapi juga harus menjadi prototipe
moral yang baik.
Dalam proses pembangunan suatu
bangsa peran serta ilmuwan sangat penting, dari proses pengembangan proses ilmu
pengetahuan yang paling bawah sampai yang paling komplek kemudian dalam
pengembangan inovasi yang terus menerus dalam bidang teknologi, manajemen dan
ahlak dijadikan dasar agar lebih baik kemudian hasilnya disampaikan dan
disalurkan kepada publik atau pemegang kekuasaan atau pemerintah agar
nantinya dapat membangun masyarakat yang mempunyai dasar pengetahuan baik.
BAB
III
PENUTUP
Dari
pembahasan diatas dapat kita simpulkan bahwa :
1.
Ilmuwan adalah orang yang bekerja dan menekuni bidang
ilmu tertentu. Pada hakikatnya ilmuwan adalah manusia yang biasa berpikir
dengan teratur dan teliti, bukan saja jalan pikirannya mengalir melalui
pola-pola yang teratur namun juga segenap materi yang menjadi bahan
pemikirannya dikaji dengan teliti.
2. Bahwa
Ilmuwan bicara dengan data dan menyampaikan informasi yang sebenarnya secara
objektif kepada masyarakat luas untuk kepentingan ilmu pengetahuan sedangkan
politisi bicara sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai baik tujuan kelompok
atau individu. Sehingga perbedaan Ilmuwan dan politisi adalah Ilmuwan itu
objektif, dan berbicara data dalam penyampaian informasi, sedangkan
politisi bicara sesuai dengan tujuannya yang ingin dicapai.
3. Keterikatan
antara ilmuwan dan masyarakat tidak dapat dipisahkan karena ilmuan merupakan
bagian dari masyarakat itu sendiri, ilmuwan bisa juga sebagai agen perubahan,
menurut Havelock (1973) agen perubahan adalah orang yang membantu
terlaksanannya perubahan sosial masyarakat. Pada tahap ini ilmuwan memasuki
aspek aksiologis dimana penggunaan dan pemanfaatan ilmu menuntut untuk
berhubungan langsung dengan masyarakat yang sarat dengan nilai-nilai moral atau
etika yang bersumber dari agama atau tradisi budaya.
4. Dalam proses
pembangunan suatu bangsa peran serta ilmuwan sangat penting, dari proses
pengembangan proses ilmu pengetahuan yang paling bawah sampai yang paling
komplek kemudian dalam pengembangan inovasi yang terus menerus dalam bidang
teknologi, manajemen dan ahlak dijadikan dasar agar lebih baik kemudian
hasilnya disampaikan dan disalurkan kepada publik atau pemegang kekuasaan atau
pemerintah agar nantinya dapat membangun masyarakat yang mempunyai dasar
pengetahuan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Pielke, Roger A, Jr. 2008. The Honest Broker, Making
Sense of Science in Policy and Politics. Cambridge University Press, UK.
Prawironegoro
Darsono. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan, Nusantara Consulting, Jakarta
Surajiyo.
2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:
Universitas Multimedia Nusantara Press
Suriasumantri Jujun S. 2001. Filsafat Ilmu Sebuah
Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Thanks.it`s very helpful
BalasHapusthanks,,
Hapus