MAKALAH BIMBINGAN KONSELING SEBAGAI KONSELOR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bimbingan
dan Konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi
persoalan-persoalan atau masalah yang silih berganti.. Manusia tidak sama satu
dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang
sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit
manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain.
Manusia
adalah sasaran pendidikan. Pendidikan bermaksud membantu peserta didik untuk
menumbuhkembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Peserta didik merupakan
pribadi-pribadi yang sedang berada dalam proses berkembang kearah kematangan.
Masing-masing peserta didik memiliki karakteristik pribadi yang unik. Dalam
arti terdapat perbedaan individual diantara mereka, seperti menyangkut aspek
kecerdasan, emosi, sosiabilitas, sikap, kebiasaan, dan kemampuan penyesuaian
diri. Dalam dunia pendidikan, peserta didik pun tidak jarang mengalami
masalah-masalah, sehingga tidak jarang dari peserta didik yang menunjukkan
berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari kategori ringan
sampai dengan berat.
Konseling
anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang konselor yang membantu
anak-anak untuk memahami apa yang telah terjadi kepada mereka. Tujuannya adalah
untuk membantu anak-anak untuk sembuh dan kembali rasa percaya dirinya. Selama
konseling, seorang anak didorong untuk dapat menyatakan perasaan mereka.
Pemikiran dan perasaan yang tetap dan tak terungkapkan cenderung menjadi
semakin akut dan dapat menimbulkan masalah jangka panjang.
Konseling
anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara tentang hal-hal yang sulit.
Anak-anak sering merasa sulit untuk berbicara dengan pada orang dewasa yang
peduli mereka, padahal anak ingin dilindungi oleh orang dewasa. Mereka merasa
sudah cukup dianggap bertanggung jawab untuk dewasa dari setiap hal yang
dilakukannya. Konseling menawarkan kesempatan untuk melakukan kepercayaan
internal dan perasaan eksternal dan karena itu lebih dapat diatur. Konseling
dapat memberikan pengertian pada anak-anak bahwa hubungan itu adalah sangat
berharga. Dalam konseling, mereka memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat
pilihan atas apa yang ia lakukan. Konseling anak juga dapat memberikan anak
suatu hubungan dengan orang dewasa di mana mereka lebih dapat dipercaya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apakah
modal yang harus dimiliki konselor mengatasi masalah pada anak?
2.
Hal
hal apa sajakah yang harus ada dalam melakukan bimbingan pada anak?
3.
Keterampilan apa yang harus dimiliki selama proses
konseling berlangsung?
4.
Faktor‐faktor
apa saja yang berpengaruh dalam pelaksanaan konseling untuk anak?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Agar
pembaca mengetahui modal konselor dalam mengatasi masalah pada anak
2.
Agar
pembaca mengetahui hal hal yang ada dalam pemberian bimbingan pada anak
3.
Agar
pembaca memahami ketrampilan yag haraus dimiliki konselor dalam menghadapi
klien
4.
Agar
pembaca mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pelaksanaan konseling
BAB II
PEMBAHASAN
Konseling hakikatnya dapat dilaksanakan kapan saja
dan di mana saja, atas kesepakatan konselor-klien, dengan memperhatikan
(1) kenyamanan klien dan
(2) terjaminnya asas kerahasiaan
Kondisi tempat layanan perlu mendapat
perhatian tersendiri dari konselor. Selain kursi dan meja secukupnya, ruangan
konseling dapat dilengkapi dengan tempat penyimpanan bahan-bahan seperti
dokumen, laporan, dan buku-buku lain. Peralatan rileksasi dapat ditambahkan.
Cahaya dan udara ruangan harus terpelihara. Dalam hal ini kondisi ruangan
tempat layanan diselenggarakan menggambarkan kesiapan konselor memberikan
pelayanan kepada klien.Dalam menghadapi klien anak-anak agar di usahakan
penataan ruangan yang menarik.hal ini bertujuan agar klien merrasa nyaman untuk
mengungkapkan masalah mereka.
Konselor pun tidak seharusnya duduk di
belakang meja konselor,ini dengan alasan agar klien tidak beranggapan bahwa
kita dalam hal ini konselor adalah seorang yang menakutkan atau bahkan orang
yang duduk dibelakang meja adalah seorang guru ataupun kepala sekolah yang
sebagian besar ditakuti olehanak-anak
Kapan layanan konseling perorangan dilaksanakan juga atas kesepakatan kedua pihak. Kepentingan klien diutamankan tanpa mengabaikan kesempatan dan kondisi konselor. Dalam hal konselor yang memiliki hak panggil atas klien perlu mengatur pemanggilan terhadap klien sehingga tidak menganggu kepentingan klien atau sedapat-dapatnya tidak menimbulkan kerugian apapun padadiriklien.
Jadwal ataupun janji untuk bertemu konselor ditepati dengan baik, pengingkarannya dapat berdampak negatif terhadap proses layanan konseling perorangan. Apabila jadwal atau janji untuk bertemu itu perlu diubah, maka klien harus diberitahu sebelum waktu yang dijadwalkan/dijanjikan tiba. Untuk sesi-sesi layanan konseling perorangan yang berlanjut (sesi kedua, ketiga, dsb) diperlukan ketetapan mengenai waktu dan tempat yang disepakai dan ditepai oleh kedua belah pihak.
Kapan layanan konseling perorangan dilaksanakan juga atas kesepakatan kedua pihak. Kepentingan klien diutamankan tanpa mengabaikan kesempatan dan kondisi konselor. Dalam hal konselor yang memiliki hak panggil atas klien perlu mengatur pemanggilan terhadap klien sehingga tidak menganggu kepentingan klien atau sedapat-dapatnya tidak menimbulkan kerugian apapun padadiriklien.
Jadwal ataupun janji untuk bertemu konselor ditepati dengan baik, pengingkarannya dapat berdampak negatif terhadap proses layanan konseling perorangan. Apabila jadwal atau janji untuk bertemu itu perlu diubah, maka klien harus diberitahu sebelum waktu yang dijadwalkan/dijanjikan tiba. Untuk sesi-sesi layanan konseling perorangan yang berlanjut (sesi kedua, ketiga, dsb) diperlukan ketetapan mengenai waktu dan tempat yang disepakai dan ditepai oleh kedua belah pihak.
A.
Modal
apa sajakah yang harus dimiliki konselor dalam mendidik anak
a. Modal
umum
Adanya pemahaman komprehesif tentang konseling untuk
anak.Konseling untuk anak adalah proses pemberian bantuan pada anak yang
ditujukan untuk membantu anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.Metode
yang digunakan tentu mengikuti berbagai macam tahap proses konseling yang
sesuai dengan karakteristik anak.Dalam menjalankan proses konseling,konselor
harus mempunyai ide yang jelas sehingga tujuan diadakan proses konseling
tercapai.Pencaipaian tujuan selain didasari dengan ide yang matang,faktor
terpenting yang utama harus dibentuk dengan baik adalah menemukan cara
pendekatan yang tepat dengan anak anak sehingga anak percaya dan hubungan antar
konselor dengan anak anka dapat berjalan baik.Kita tidak dapat menggunakan cara
yang sama dalam menghadapi anak anak dengan menghadapi remaja atau orang
dewasa.Jika hal ini terjadi,krmungkinan yang harus kita hadapi adalah anak akan
diam,mudah bosan ataupun menimbulkan reaksi reaksi emosi yang tidak
diharapkan,sehingga apa yang diharapkan dari pertemuan tidaklah tercapai.Hal
yang selalu kita sadari bersama bahwa anak anak mempunya dunia yang unik dan berbeda dengan masa
sebelum dan sesuahnya.Masa kanak kanak ini erbentuk dari proses pertumbuhan
fisiologis dan psikologis yang terus menerus dalam tahap belajar menuju masa
selanjutnya.
2. Modal
Khusus,Geldard(2001)
Modal sebagai konselor anak harus
memiliki
a. Pemahaman
mendalam tentang dunia anak yang dihadapi
b. Kepribadian
konselor haruslah terintegrasi dengan baik,jujur,konsistem,stabil,dapat
beradaptasi sehingga kepercayaan diri konselor dalam menjalankan proses
konseling dapat terbentuk.Kepribadian ini akan memotivasi timbulnya pemahaman
pemahaman yang baik akan dunia anak ,sehingga lingkungan yang dibutuhkan anak
anak dapat terbentuk.
c. menjaga
kedekatan dan hubungan yang baik denga anak anak
d. adanya
penerimaan yang tulus.Hal ini dapat dilihat dari sikap baik verbal maupun non
verbal dalam menghadapi anak anak tanpa melihat atau mendeskriminasi adanya
keterbatasan pada diri anak.Anak perlu mendapatkan penerimaan yang positif dari
konselor dengan menghargai anak sebagai individu yang unik.
e. Tidak
mereaksi anak secara emosional.Berikan sikap kasih sayang yang hangat dan ramah
pada anak anak sehngga anakpun dapat merasakannya.
B.
Hal
apa yang harus ada dalam proses konseling untuk anak
Geldard and Geldard (1997) memformulasikan beberapa
atribut yang harus ada dalam hubungan konselor dan anak dalam menjalankan
proses konseling,yaitu :
1. Adanya
kesinambungan adanya persepsi konselor dan dunia anak anak.Hal ini dapat
dibangun konselor dengna memahami tentang apa dan bagaimana dunia anak,sehingga
persepsi dan penghargaann serta yang tidak menghakimi akan keberadaan dunia
anak akan terbentuk.
2. Hubungan
yang eksklusif.Konselor endaknya membangun dan menjaga hubungan yang baik
dengan anak anak untuk membentuk keprcayaan pada diri anak pada konselor.
3. Hubungan
yang aman.Konselor berusaha membauat lingkungan kondusif bagi anak anak
sehingga ia dapat mengekspresikan emosi dan perasaan mreka dengan
bebas.Perasaan aman dalam bersikap dan bertingkah laku dan menimbulkan rasa
percaya kepada konselor.
4. Hubungan
autentik.Hubungan yang dibangun adalah hubungan yang dilandasi dengan sikap
jujur,terbuka,spontan dan ilmiah.Sikap pura pura dapat menghambat jalannya
proses konseling.Sikap konselor yang demikian akan membawa konselor
berinteraksi dan bermain dengan anka anak dengan rasa senang.
5. Hubungan
yang menimbulkan adanya rasa percaya diri pada anak.Ketika bekerjasama dengan
anak anak,konselor berusaha mengembangkan suasana yang aman untuk anak anak dalam
membagi apa yang dipikirkan dan dirasakannya.Konselor dapat mencoba mencari
suasana yang disukai klien.
6. Hubungan
non intruktif.Konselor jangan menginterupsi dengan apa yang diktakan dan
dilakukan anak,sehingga anka merasa terganggu.Buatkah suasana nyaman.Terlalu
membingungkan anak bila menanyakan pertanyaaan pertanyaan yang terlalu banyak
alam satu waktu.Hal ini akan dikhawatirkan akan menimbulkan peraasaan curiga
pada diri anak sehingga menimbulkan rasa takut berbagi.
7. Hubungan
yang bertujuan.Setiap hal yang dilakukan oleh konselor hendaknya bertujuna
dngan jelas.Harus disadari bahwa beberapa anak memerlukan waktu yang lama untuk
bekerjasama dengan konselor,dan terkadang diiringi dengan perasaan
cemas.Bermain merupakan sarana yang baikuntu mendekatkan diri pada
anak.Permainan yang dipilih sebaiknya mendukung proses pemecahan masalah yang
dihadapi.
C.
Ketrampilan
yang harus dimiliki selama proses konseling berlangsung
Selama proses konseling,konselor menghadapi klien
yaitu anak anak.Dalam mengkadapi anak anak,konselor hendaknya memiliki
ketrampilan.Ada beberapa ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang konselor
dalam membantu penyelesaian hambatan atau masalah pada diri anak,yaitu
a. Pendekatan
menyatu dengan anak (joining with the
child)
b. Mengamati
perilaku anak selama konseling (observation)
c. Mendengarkan
secara aktif (active listening)
d. Menyadari
berbagai isu untuk menfasilitsi perubahan awareness raising and the
resolution
of issues to facilitate change)
e. Menyelami apa yang diyakini anak (dealing whith
the child’s belieg)
f. Aktif
memfasilitasi anak(memberikan kesempatan anak untuk mengekspresikan apa yang
dipikir dan dirasa(actively facilitating)
g. Mengakhiri
dengan kesimpulan(termination)
D.
Faktor
faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan konseling anak
Dalam melakukan konseling ada banyak
faktor yang memengaruhi dalam pelaksanaan konseling,diantaranya:
a. usia
Perbedaan usia pada anak akan
mempengaruhi berbagai macam hal yang membantu proses pelaksanaan
konseling,misalnya penerimaan/persepsi anak yang masih sederghana berpengaruh
pada bahasa dan metode pendekatan,serta media yang dipakai.Sebagai contoh
konseling untuk anak pra sekolah menggunakan pendekatan berbagai metode
pembelajaran pra sekolah seperti bercerita,menggunakan media gambar dan
konsruksi,atau alat-alat permainan yang biasa digunakan.
b. latar
belakang kehidupan anak
Orang tua,gaya pengasuh
(hubungan keterdekatan,pola komunikasi,pola kedisiplinn),aturan/norma
keluarga,kebiasaan dalam keluarga,status sosial ekonomi,budaya lingkungan,tingkat
pendidikan,bakat dan minat
c. keterbukaan
dan kerjasama dari orangtua dalam memberikan informasi merupakan hal penting
untuk meliat perubahan perilaku pada anak.
JENIS PERTANYAAN DALAM KONSELOR
Pertanyaan
tertutup adalah:
- Menghasilkan
jawaban “ ya “ atau “ tidak “ yang berguna untuk mengumpulkaninformasi
yang faktual.
- Tidak
menciptakan suasana yang nyaman dalam berkomunikasi dan prosespengambilan
keputusan.
- Konselor
mengontrol jalannya percakapan, klien
hanya memberikan informasi yang bersangkutan dengan pertanyaan saja.
Pertanyaan
terbuka adalah:
- Jenis pertanyaan biasanya memakai kata tanya “ bagaimana “
atau “ apa “.
- Memberi
kebebasan atau kesempatan kepada klien
dalam menjawab yang memungkinkan partisipasi aktifdalam
percakapan.
- Merupakan
cara yang efektif untuk menggali informasi
dengan menggunakan intonasi suarayang
menunjukkan minat dan perhatian.
KEHENINGAN DALAM KONSELING
Upaya
mengatasi masalah yang sering dihadapi oleh seorang konselor:
Klien
tidak mau berbicara selama beberapa waktu. Hal ini terjadi pada klien-kliaen
yang merasa cemas atau marah.
a. Apabila
terjadi pada awal pertemuan, setelah beberapa saat, sebaiknya konselor
memperhatikan hal ini dengan mengatakan misalnya: “Saya mengerti hal ini untuk
dibicarakan (refleksi perasaan)”. Biasanya pada pertemuan pertama klien-klien
saya juga merasa begitu. ?” tataplah klien dan gunakan bahasa tubuh yang
memperlihatkan simpati dan perhatian. Tunggulah tanggapan klien.
b. Apabila
klen diam karena marah (misalnya, klien berpaling muka dari konselor). Sebagai
konselor Anda dapat berkata: “Bagaimana perasaan anda setelah berada di sini sekarang?”.
Pertanyaan-pertanyaan ini harus diikuti dengan suasana hening selama beberapa
saat. Pada saat ini konselor memandang klien dan memperlihatkan sikap tubuh
yang menunjukkan perhatian.
c. Apabila
terjadi pada pertengahan pertemuan: konselor harus memperhatikan konteks
pembicaraan dan menilai mengapa hal ini terjadi. Mungkin hal tersebut terjadi
karena klien merasa berat menceritakan hal-hal yang pribadi, suatu rahasia
tentang dirinya, atau ia tidak senang dengan sikap konselor. Pada umumnya,
lebih baik menunggu beberapa saat, memberikan kesempatan kepada klien untuk mengekspresikan perasaan atau
pikirannya, meskipun konselor merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut.
d. Apabila
klien diam karena sedang berpikir. Konselor ini tidak perlu berusaha memecahkan
kesunyian, juga tidak perlu menunjukkan sikap tidak menerima.
e.
Selama pembicaraan berlangsung, sikap
diam klien merupakan sesuatu yang wajar. Mungkin klien sedang berpikir atau
memutuskan bagaimana mengutarakan perasaan atau
BATASAN
BATASAN KONSELING
1.
Time Limits (batasan waktu)
Batasan
waktu dibutuhkan dalam proses konseling di sekolah-sekolah. Dalam setiap sesi
wawancara konseling hanya ada sejumlah waktu tertentu yang dapat diberikan
konselor kepada klien. Dalam hal ini konselor juga harus menyatakan pada awal
pertemuan, berapa lama konseling akan berlangsung. Hal ini sangat penting,
karena konseli harus tahu berapa waktu yang tersedia sehingga mereka dapat
menyampaikan masalah-masalah yang dialaminya dengan tenang karena tidak
diburu-buru waktu. Menurut Brammer&Shostrom dalam buku
Keterampilan-keterampilan Dasar dalam Konseling menyatakan bahwa jika batasan
waktu diberikan maka klien seringkali memanfaatkan waktu semaksimal mungkin
untuk mempercepat proses terapeutik.
2.
Action Limits (batasan tindakan)
Pembatasan
tindakan di sini mengacu pada batas-batas tindakan yang boleh ataupun yang
tidak boleh dilakukan. Dalam konseling, konselor tidak boleh membatasi ekspresi
verbal konseli akan tetapi hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh konseling
adalah melukai diri sendiri dan orang lain, misalnya konseli boleh mengatakan
apa saja kepada konselor, tetapi konseli tidak boleh melukai konselor. Rogers
(dalam Sunardi, 1991) menyatakan bahwa melukai konselor yang ditakukan oleh
konseling merupakan kesalahan dan ini dapat menjadikan kegelisahan bagi
konselor dalam hubungannya membantu konseli.
3.
Role Limits (batasan peran)
Dalam
berbagai setting konseling, konselor mungkin memiliki peran ganda. Struktur
peran tidak hanya dimaksudkan untuk membatasi siapa diri konselor pada saat ini
(di ruang konseling) tetapi juga apa yang harus diperankan oleh konselor dan
klien dalam proses yang akan berlangsung. Konselor menjelaskan peranannya dalam
hubungan konseling karena konseli kadang-kadang datang kepada konselor dengan
konsepsi yang salah. Beberapa konseli menganggap konseling sebagai obat mujarab
yang dapat menyembuhkan dengan cepat seperti memecahkan masalah dan memberikan
nasihat. Sedangkan konseling yang lain sering beranggapan bahwa tanggung jawab
untuk sukses terletak dipundak konselor, harapan-harapan yang tidak realistis
ini memerlukan penjelasan dari konselor bahwa dalam konseling yang menentukan
keputusan atau yang dapat memecahkan masalah adalah konseli sendiri, sedangkan
konselor hanya membantu mengarahkan.
4.
Problem Limits (pembatasan masalah)
Masalah-masalah
yang dibahas dalam konseling yang sebaiknya didahulukan adalah masalah-masalah
yang paling mendesak untuk di pecahkan. Oleh karena itu, konselor perlu
mengkomunikasikan kepada konseli terlebih dahulu jika konseling datang dengan
membawa lebih dan satu masalah, misalnya “Anda mengalami tiga masalah, yaitu
masalah belajar, masalah sosial dan masalah pembagian waktu. Dan ketiga masalah
itu mana yang mendesak untuk dibicarakan.
MASALAH KERAHASIAAN
Rahasia, yaitu menuntut dirahasiakannya segenap data dan keterangan tentang peserta didik (klien), yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini, guru pembimbing berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu sehingga kerahasiaanya benar-benar terjamin ( Syamsu Yusuf & A. Juntika Nurihsan, 2006 :22)
Ada kalanya pelayanan bimbingan dan konseling berkenaan dengan individu atau siswa yang bermasalah. Masalah biasanya merupakan suatu yang harus dirahasiakan. Adakalanya dalam proses konseling siswa enggan berbicara karena merasa khawatir apabila rahasianya diketahui orang lain termasuk konselornya, apalagi konselornya tidak dapat menjaga rahasia kliennya. Apa pun yang sifatnya rahasia yang disampaikan klien kepada konselor, tidak boleh diceritakan kepada orang lain meskipun kepada keluarganya.
Dalam konseling, asas ini merupakan asas kunci karena apabila asas ini dipegang teguh, konselor akan mendapat kepercayaan dari klien sehingga mereka akan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila asas ini tidak dipegang teguh, konselor akan kehilangan kepercayaan dari klien (siswa) sehingga siswa akan enggan memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling karena merasa takut masalah dan dirinya menjadi bahan gunjingan. (Tohirin, 2009 :87-88)
Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam upaya bimbingan dan konseling. Jika asas ini benar-benar dijalankan maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling akan mendapat kepercayaan dari para siswanya dan layanan bimbingan dan konseling akan dimanfaatkan secara baik oleh siswa, dan jika sebaliknya para penyelenggara bimbingan dan konseling tidak memperhatikan asas tersebut, layanan bimbingan dan konseling (khusus yang benar-benar menyangkut kehidupan siswa) tidak akan mempunyai arti lagi, bahkan mungkin dijauhi oleh para siswa ( Dewa Ketut Sukardi, 2008 :46-47)
WAKTU MENGAKHIRI KONSELING
Tidak
ada batasan tegas kapan konseling harus atau bisa diakhiri, namun beberapa
pertanyaan berikut dapat menjadi panduan kapan proses dapat diakhiri:
- Apakah
klien sudah mencapai tujuan yang ada dalam kontrak dalam aspek kognitif,
afektif, dan perilaku? Jika sudah maka dapat diakhiri.
- Apakah klien dapat secara konkret menunjukkan
kemajuan yang sudah mereka buat seperti yang mereka inginkan? Dalam
situasi ini, kemajuan yang spesifik dapat menjadi dasar pengambilan
keputusan untuk mengakhiri proses.
- Apakah proses konseling yang berjalan dapat mebantu
klien? Jika konselor atau klien merasa bahwa proses konseling tidak membantu
sebaiknya diakhiri.
- Apakah konteks ketika konseling dimulai berubah?
Misalnya, konselor atau klien pindah tempat tinggal atau sakit yang cukup
lama, maka sebaiknya diakhiri saja prosesnya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemberian konseling pada anak tidak sama
denga pemberin konseling pada anak remaja atau bahkan orang dewasa.Kita sebagai
konselor harus memiliki ketrampilan ketrampilan yang nantinya memberikan hasil
yang memuaskan dalam memberikan bimbingan atau konseling pada anak.
Ada
banyak faktor juga yang mempengaruhi keberhasilan suatu bimbingan.Kita sebagai
konselor Harus benar benar memahami karakteristik klien.Dengan memahaminya
bimbingan atau konseling akan berhasil.
B.
SARAN
Kita
sebagai pendidik hendaknya memiliki ketrampilan yang akhirnya dapat membimbing
atauupun memberikan konseling pada anak didik kita.Anak didik yang setiap hari
kita hadapi mungkin saja memiliki masalah atau problema.Disinilah tugas kita
sebagai konselor.Membimbing,mengarahkan sehingga kita dapat memcentak generasi
muda yang nantinya menjadi akan membangun bangsa menjadi bangsa yang lebih maju
DAFTAR
PUSAKA
Prayitno. 2005. Konseling Pancawaskita. Padang : FIP
Universitas Negeri Padang
Prayitno. 2005. Layanan Konseling Perorangan. Padang : FIP Universitas Negeri Padang
Prayitno. 2005. Layanan Konseling Perorangan. Padang : FIP Universitas Negeri Padang
Akhmad
Muhaimin Azzet, 2011, Bimbingan Konseling di Sekolah, Yogyakarta: Ar Ruzz Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar