METODE
MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan berbahasa
tercermin dalam berbicara, membaca, menyimak dan menulis dalam kehidupan
sehari-hari. Ketrampilan menyimak dan berbicara merupakan ketrampilan berbahasa
reseptif, diperoleh pertama kalinya di lingkungan rumah. Ketrampilan membaca
dan menulis, yakni ketrampilan berbahasa produktif, diperoleh seseorang ketika
mereka memasuki pendidikan formal. Oleh karena itu sajian ketrampilan berbahasa
ini merupakan sajian pembelajaran utama dan pertama bagi murid-murid di sekolah
dasar di kelas awal. Kedua materi pembelajaran berbahasa ini dikemas dalamsatu
kemasan pembelajaran yang dikenal dengan Membaca dan Menulis Permulaan (MMP).
Membaca dan Menulis
Permulaan (MMP) merupakan dua aspek kemamapuan berbahasa yang saling berkaitan
dan tidak terpisahkan. Membaca pada tingkatan ini merupakan kegiatan belajar
mengenal bahasa tulis. Melalui tulisan itulah siswa dituntut
dapat menyuarakan lambang-lambang bunyi bahasa tersebut,untuk memperoleh
kemampuan membaca diperlukan tiga syarat, yaitu kemampuan membunyikan (a)
lambang-lambang tulis, (b) penguasaan kosakata untuk memberi arti, dan (c)
memasukkan makna dalam kemahiran bahasa.Membaca permulaan merupakan suatu
proses ketrampilan dan kognitif. Proses ketrampilan menunjuk pada pengenalan
dan penguasaan lambang-lambang fonem, sedangkan proses kognitif menunjuk pada
penggunaan lambang-lambang fonem yang sudah dikenal untuk memahami makna suatu
kata atau kalimat.
Membaca dan menulis permulaan
merupakan tahapan proses belajar membaca bagi siswa di sekolah dasar kelas
awal. Siswa belajar untuk memperoleh kemampuan dan menguasai metode-metode membaca
dan menangkap isi bacaan dengan baik. Oleh karena itu guru perlu merancang
pembelajaran membaca dengan baik. Sehingga mampu menumbuhkan kebiasaan membaca
sebagai suatu yang menyenangkan.
Tugas guru yang
terpenting adalah sebagai pelaksana operasional pembelajaran, secara khusus
mata pelajaran membaca dan menulis di kelas rendah dapat dilaksanakan dengan
baik. Maka dari itu guru perlu mempelajari, memahami dan mengkaji yang sudah
menjadi tanggung jawabnya. Guru dapat merancang pembelajaran, maupun
melaksanakan pembelajaran, mampu menilai, atau mengevaluasi hasil belajar yang
nantinya bertujuan pada kompetensi yang digariskan dapat tercapai sesuai
harapan. Dengan demikian pada makalah ini kami akan membahas macam-macam metode
Memabaca dan Menulis Permulaan (MMP).
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas, penulis mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa
saja metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan?
2. Bagaimana
rancangan metode membaca menulis permulaan?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, penulis mempunyai tujuan penulisan sebagai berikut:
1. Guru
dapat menambah pengetahuan macam-macam metode pembelajaran membaca menulis
permulaan.
2. Guru
dapat memahami rancangan metode membaca menulis permulaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Metode Membaca dan Menulis Permulaan
Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (1988:580) metode adalah cara atau
teknik kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan sesuatu guna mencapai
tujuan yang ditentukan. Menurut Rothwell & Kazanas (1982:45)
metode
adalah cara, pendekatan, atau proses untuk menyampaikan informasi. Metode
adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsung pembelajaran (Sudjana, 2005:76). Metode adalah cara yang telah
diatur dan terpilih secara baik untuk mencapai suatu maksud, cara mengajar
(KBB, 1984:649). Jadi dapat disimpulkan metode adalah cara untuk melakukan
sesuatu dalam mencapai tujuan.
Metode sangat penting
digunakan dalam pembelajaran terutama dalam kegiatan membaca dan menulis.
Pengertian membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang disampaikan penulis melalui media bahasa
tulis (Tarigan, 1984:7). Tarigan (1983:2) berpendapat membaca adalah suatu
proses pemerolehan pesan yang disampaikan oleh seseorang penulis melalui
tulisan. Membaca adalah suatu kegiatan atau cara dalam
mengupayakan pembinaan daya nalar (Tampubolon, 1987:6). Harjasujana (1996:4) mengemukakan bahwa
membaca merupakan proses. Jadi dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses memperoleh
pesan yang disampaikan penulis melalui tulisan.
Kegiatan membaca tidak
terlepas dari kegiatan menulis, keduanya saling berkaitan. Menurut Djago
Tarigan menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat,
atau pikiran dan perasaan (Sumarno, 2009:5). Menulis dapat diartikan sebagai
kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media
penyampai (Tarigan, 1986:15). Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008:141)
menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks. M.
Atar Semi
(2007:14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam
lambang-lambang tulisan. Kesimpulan dari berbagai pendapat tersebut menulis
adalah proses kegiatan menuangkangkan gagasan dalam lambang tulisan.
Membaca dan menulis
sangat penting bagi tahap pemulaan di bangku sekolah dasar. Permulaan adalah
peralihan pada masa bermain di TK (bagi anak yang mengalaminya) atau dari
lingkungan rumah (bagi anak yang tidak menjalani TK) ke duni sekolah merupkan
hal baru bagi anak. Jadi membaca dan menulis permulaan adalah pengajaran
membaca dan menulis tingkat dasar yang diberikan kepada siswa tahap pemula dengan
tujuan agar siswa terampil membaca dan menulis serta mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan bahasa guna menghadapi kelas berikutnya.
Kegiatan membaca permulaan
lebih diorientasikan membaca tingkat dasar yaitu kemampuan melek huruf.
Maksudnya anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambang tertulis menjadi
bunyi bermakna. Pembelajaran menulis permulaan diorientasikan menulis mekanik
yakni dilatih menuliskan lambang-lambang tulis dan merangkai menjadi lambang
yang bermakna. Jadi metode membaca dan menulis permulaan dapat disimpulkan
bahawa cara/ teknik tertentu untuk membaca dan menulis guna mencapai tujuan
yang ditentukan.
Depdiknas (2000:4) menawarkan
berbagai metode yang diperuntukkan bagi siswa permulaan, antara lain: metode
eja/bunyi, metode kata lembaga, metode global, dan metode SAS. Menurut
Alhkadiah (1992: 32-34) pembelajaran membaca dan menulis permulaan, ada
berbagai metode yang dapat dipergunakan antara lain: (1) metode bunyi, (2)
metode abjad, (3) metode suku kata dan kata, (4) metode global, (5) metode SAS
.
Berdasarkan dari bebarapa pendapat
tersebut dapat kami simpulkan bahwa macam-macam metode membaca dan menulis
permulaan antara lain adalah:
1.
Metode Abjad
(Alphabet)
Akhadiah (1992:32) menyatakan bahwa metode abjad
merupakan metode sangat tua. Menurut Sugiyarto (1980: 56) metode abjad atau
alfabet ialah metode pengajaran dengan memperkenalkan huruf yang harus
dihafalkan dengan dilafalkan menurut bunyinya dalam abjad. Untuk beberapa kasus, anak susah
membedakan huruf-huruf b, d, p, q atau n, u, m, w. untuk itu guru melatihkan
huruf-huruf tersebut berulang-ulang atau dengan cara memberi warna yang
berbeda.
Menurut Supriyadi, dkk (1991: 24) pelaksanaan
pengajaran MMP dengan metode abjad dimulai dengan pengenalan huruf-huruf yang
akan diajarkan, dengan melafalkannya menurut nama huruf itu, huruf ‘d’
dilafalkan ‘de’, huruf ‘k’ dilafalkan ‘ka’. Huruf-huruf yang sudah diajarkan
itu dirangkaikan menjadi suku kata, menjadi kata, dan setelah mengenal beberapa
kata baru dirangkai menjadi kalimat.
Setelah tahapan itu siswa diajak untuk mengenal suku kata
dengan cara merangkaikan beberapa huruf yan sudah dikenalnya.
Contoh
: b dan a dibaca ba
c dan a dibaca ca
Sehingga dua suku kata tersebut dibaca menjadi “baca”.
Metode abjad atau alfabet memiliki kebaikan dalam metode ini antara lain:
a)
siswa mengenal tingkatan bentuk bahasa yang paling
sederhana.
b)
siswa dapat menghafal bunyi huruf yang ada dalam abjad
bahasa yang dipelajari.
Di samping kebaikan metode ini juga memiliki
kelemahan sebagai berikut.
a)
siswa mengalami kesulitan apabila menghadapi huruf
yang baru karena terbiasa menghafal.
b)
Siswa mengalami
kesulitan dalam membunyikan diftong dan kluster karena kedua bunyi itu tidak
terdapat dalam abjad.
2.
Metode
Bunyi
Metode bunyi adalah metode pembelajaran membaca permulaan dengan
menyuarakan huruf konsonan, dengan bantuan bunyi vokal tengah (pepet) [ə] atau
vokal depan sedang [e]. Dalam bentuk grafem kedua bunyi bahasa ini dilambangkan
sama yakni huruf /e/. Bunyi ini diletakkan di depan atau dibelakangnya. Dalam
tata bahasa tradisional huruf konsonan disebut huruf mati. Misalnya huruf
konsonan /b/ diucapkan /eb/ atau /be/, /ed/ atau /de/, /es/, /ek/, dll. Karena
proses pengejaan ini metode bunyi disebut juga metode eja.
Metode bunyi dipilih oleh seorang guru setelah peserta didik mengenal
abjad. Konsep dari metode bunyi adalah disuarakan, berbicara, dan mendengarkan.
Pada metode ini memulai pengajarannya dengan mengenalkan huruf alphabet
(A,B,C,D,E,dan seterusnya). Huruf-huruf tersebut dihafalkan dan dilafalkan anak
sesuai bunyinya menurut abjad. Setelah melalui tahap ini,siswa diajak untuk
berkenalan dengan suku kata dengan merangkai beberapa huruf yang sudah
dikenalnya. Mackey dalam Subana (1984: 20) metode ini hampir sama dengan metode
abjad. Perbedaanya terletak pada system pelafalan abjad atau huruf (baca:
beberapa konsonan).
Contoh :
Huruf b dilafalkan /eb/ : dilafalkan
dengan e pepet.
Huruf d dilafalkan /ed/
Huruf c dilafalkan /ec/
Huruf k dilafalkan /ek/
Contoh: i n i
i en i menjadi ni
ini
l u k a s
el u -> lu ek a es -> kas
lukas
Kebaikan metode ini adalah siswa mengenal tingkatan bentuk bahasa yang
paling sederhana. Siswa dapat menghafal bunyi huruf yang ada dalam abjad bahasa
yang dipelajari.
Metode bunyi di samping kebaikan metode ini juga memiliki kelemahan sebagai
berikut:
a) Siswa
mengalami kesulitan apabila menghadapi huruf yang baru karena terbiasa
menghafal.
b) Siswa
mengalami kesulitan dalam mengeja
c) Siswa
kesulitan dalam membunyikan secara spontan.
Menurut
Linda Puspita (2008: 26) mengemukakan kelebihan metode eja antara lain: proses
pembelajran mellaui sistem hafalan akan mendominasi proses pembelajaran MMP
dengan metode ini . Padahal pendekatan CBSA merupakan ciri utama dari
pelaksanaan Kurikulum SD yang saat ini berlaku. Prinsip menemukan sendiri
sebagai cerminan dari pendekatan CBSA dalam proses pembelajaran menjadi
terabaikan bahkan terhapus dengan penggunaan metode ini.
3.
Metode
Kupas Rangkai Suku Kata dan kata
Metode kupas-rangkai suku kata dan
kata ini dimulai dengan pengenalan kata terlebih dahulu. Depdiknas (2000:5) metode
ini penerapannnya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan. Misalnya: mama.
Kita perlu juga menjelaskan arti kata mama itu kepada siswa agar mereka
mendapatkan makna dari apa yang dipelajari. Kata mama kemudian dipisahkan
menjadi dua suku kata yaitu ma dan ma (ma-ma). Masing-masing suku kata dikupas
lagi menjadi huruf-huruf, sehingga siswa mengenal bahwa kata mama itu terdiri
dari huruf m-a-m-a. Mengingat empat huruf (yang sebetulnya hanya dua huruf) ini
tentunya lebih mudah bagi siswa daripada langsung mengingat empat huruf
misalnya madu (m-a-d-u).
Metode ini di mulai dari yang mudah
dan dekat dengan kehidupan siswa, maka siswa akan lebih berhasil. Kegiatan
selanjutnya adalah mengenalkan kata-kata yang lain, sehingga pada akhirnya
siswa bisa membaca sebuah kalimat, misalnya: ini mama saya; itu bola budi, dan
lain-lain. Contoh kata-kata yang mudah sebagai pendahuluan:
papa pa-pa p-a-p-a pa-pa papa
nana na-na n-a-n-a na-na nana
mata ma-ta m-a-t-a ma-ta mata
papa pa-pa p-a-p-a pa-pa papa
nana na-na n-a-n-a na-na nana
mata ma-ta m-a-t-a ma-ta mata
Menurut
Marjusman (1982: 26) proses perangkaian suku kata mejadi kata, kata menjadi
kalimat sederhana, kemudian ditindaklanjuti dengan proses pengupasan atau
penguraian bentuk-bentuk tersebut menjadi satuan-satuan bahasa terkecil di
bawahnya, yakni dari kalimat ke dalam kata dan dari kata ke dalam suku kata.
Jika kita simpulkan langkah-langkah pembelajaran dengan metode kupas rangkai
suku kata adalah:
a) tahap
pertama, pengenalan suku-suku kata;
b) tahap
kedua, perangkaian suku-suku kata menjadi kata;
c) tahap
ketiga perangkaian kata menjadi kalimat sederhana;
d) tahap
keempat, pengintegrasian kegiatan perangkaian dan pengupasan;
(kalimat ---------> kata-kata ---------> suku-suku kata)
(kalimat ---------> kata-kata ---------> suku-suku kata)
Soejono (1984:20) metode suku kata/silaba, saat ini
tampaknya sedang populer dalam pembelajaran baca tulis Al-Quran yang disebut
dengan metode Iqra. Proses pembelajaran MMP seperti yang digambarkan ke dalam
langkah-langkah di atas, dapat pula dimodifikasi dengan mengubah objek
pengenalan awalnya. Sebagai contoh pembelajaran diawali dengan pengenalan
sebuah kata tertentu, kemudian kata ini dijadikan lembaga tertentu sebagai
dasar untuk pengenalan suku kata dan huruf. Artinya kata dimaksud diuraikan
atau dikupas menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf-huruf. Selanjutnya
dilanjutkan proses perangkaian huruf menjadi suku kata, dan suku kata menjadi
kata. Dengan kata lain hasil pengupasan tadi dikembalikaan lagi ke bentuk
asalnya sebagai kata lembaga (kata semula).
Kelebihan metode kupas rangkai suku
kata dan kata antara lain:
a)
Dalam membaca tidak ada mengeja huruf
demi huruf sehigga mempercepat proses penguasaan kemampuan membca permulaan
b)
Dapat belajar
mengenal huruf dengan mengupas atau menguraikan suku kata suku kata yang
dipergunakan dalam unsur-unsur hurufnya
c)
Penyajian tidak memakan waktu yang
lama
d)
Dapat secara mudah
mengetahui berbagai macam kata
Kelemahan metode kupas rangkai suku kata
dan kata antara lain:
a)
Bagi anak kesuliatan belajar yang
kurang mengenal huruf, akan mengalami kesulitan merangkaikan huruf menjadi suku
kata.
b)
Siswa akan sulit
bila disuruh membaca kata-kata lain, karena mereka akan condong mengingat suku
kata yang diajarkan saja.
4.
Metode
Global
Metode Global atau biasa disebut juga dengan ganze
method adalah salah satu metode yang digunakan oleh guru untuk pengajaran
menulis membaca permulaan. Menurut Purwanto (1997:32), “Metode global adalah
metode yang melihat segala sesuatu sebagai keseluruhan. Penemu metode ini ialah
seorang ahli ilmu jiwa dan ahli pendidikan bangsa Belgia yang bernama Decroly.”
Kemudian Depdiknas (2000:6) mendefinisikan bahwa metode global adalah cara
belajar membaca kalimat secara utuh. Metode dalam pengajaran bahasa ini mengajarkan
membaca dan menulis permulaan dengan menyajikan satuan bahasa secara utuh dan
menyuruh siswa mengenal dan menyalinnya secara keseluruhan.
Metode global ini didasarkan pada pendekatan
kalimat. Caranya ialah guru mengajarkan membaca dan menulis dengan menampilkan
kalimat di bawah gambar. Namun metode global dapat juga diterapkan dengan
kalimat tanpa bantuan gambar. Selanjutnya, siswa menguraikan kalimat menjadi
kata, menguraikan kata menjadi suku kata, dan menguraikan suku kata menjadi
huruf.
Langkah-langkah
penerapan metode global adalah sebagai berikut:
a)
Siswa membaca kalimat dengan bantuan gambar. Jika
sudah lancar, siswa membaca tanpa bantuan gambar, misalnya: Ini Nani
b)
Menguraikan kalimat dengan kata-kata: /ini/ /Nani/
c)
Menguraikan kata-kata menjadi suku kata: i – ni - na –
ni
d)
Menguraikan
suku kata menjadi huruf-huruf, misalnya: i-n-i - n-a-n-i
Kelebihan metode global antara lain: karena menggunakan gambar maka siswa
lebih cepat mengerti dan hafal.
Kelemahan metode global
a)
Metode global memakai gambar metode
ini tidak bisa diterapkan di SD daerah pedesaan karena untuk mendapatkan gambar
sangat sulit, jauh dari tempat fotocopy atau print.
b)
Mungkin siswa akan
menghafal gambar saja, dan tidak terlalu memperhatikan kalimatnya.
5.
Metode
SAS
SAS merupakan singkatan dari Struktural Analitik
Sintatik menjadi yang salah satu jenis metode yang biasa digunakan proses
pembelajaran Membaca Menulis Permulaan (MMP). Metode SAS sebenarnya metode
analisis yang mengutamakan arti yang didasari ilmu jiwa Gestalt sebagimana
metode kalimat (Soejono, 1984; Broto 1982). Menurut Darmiyati (1997:15) metode
SAS yaitu metode yang memulai pembelajaran dengan menampilkan struktur kalimat
secara utuh, kemudian kalimat utuh dianalisis dan dikembalikan ke bentuk semula
yaitu sintetik. Metode SAS menurut (Djauzak, 1996:8) adalah suatu pembelajaran
menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai
mengajar menulis dengan menampilkan
cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa.
Menurut Broto (1980:35) Pembelajaran MMP dengan
metode ini mengawali pembelajarannya dengan menampilkan dan memperkenalkan
sebuah kalimat utuh. Mula-mula anak disuguhi sebuah struktur yang memberi makna
lengkap, yakni struktur kalimat. Selanjutkanya proses analitik, anak-anak di
ajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar
diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata.
Proses penganalisisan atau penguraian sampai pada wujud satuan bahasa yang
terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf. Berdasarkan uraian
tersebut ddisimpulkan proses penganalisisan metode SAS meliputi:
a. Kalimat
menjadi kata-kata
b. Kata
menjadi suku-suku kata
c. Suku
kata menjadi kata-kata
Pada tahap berikutnya anak-anak di
dorong melakukan kerja sintesis (menyimpulkan). Satuan bahasa yang telah
terurai dikembalikan lagi kepada satuan semula. Dengan demikian, melalui proses
sintetis, anak-anak anak akan menemukan kembali struktur semula, yakni sebuah
kalimat utuh. Penerapan pembelajaran membaca dan menulis permulaan dengan
metode ini dapat diamati dalam contoh
berikut:
ini
mama
ini mama
i
ni ma ma
i
n i m
a m a
i ni ma ma
ini
mama
ini
mama
Jadi dapat disimpulkan bahwa metode SAS
adalah teknik membelah kata-kata ke dalam unit-unit pengucapannya, di mana kata
diuraikan menjadi bagian-bagian suku kata, suku kata menjadi rangkaian
huruf-huruf yang kemudian bagian-bagain yang telah diuraikan tersebut
dikembalikan ke bentuk semula atau menampilkan struktur kalimat secara
keseluruhan, kemudia dilakukan proses penguraian dan akhirnya digabungkan pada
struktur semula.
Pengembangan metode SAS dilandasi
oleh filsafat strukturalisme, psikologi Gestalt, landasan pedagogik, dan
landasan kebahasaan (Subana, tanpa tahun : 178-180)
a.
Landasan Filsafat Strukturalisme
Filsafat
strukturalisme merumuskan bahwa segala sesuatu yan ada di dumia merupakan suatu
struktur yang terdiri atas berbagai kompomnen yag terorganisasikan secara
teratur. Setiap komponen terdiri atas bagian yang kecil, yang satu dan lainnya
saling berkaitan..
b.
Landasan Psikologi Gestalt
Psikologi
Gestalt merumuskan bahwa menulis adalah mengenal sesuatu di luar dirinya
melalui bentuk keseluruhan (totalitas). Penganggapan manusia terhadap sesuatu
yang berada di luar dirinya mula-mula secara global, kemudian mengenali
bagian-bagiannya.
c.
Landasan Pedagogis
Landasan pedagogis meliputi mendidik dan membimbing murid.
d.
Landasan Linguistik
Secara totalitas, bahasa adalah
tuturan dan bukan tulisan. Fungsi bahasa adalah alat komunikasi maka selayaknya
bila bahasa itu berbentuk percakapan.
Ada beberapa prinsip-prinsip dalam pembelajaran menggunakan metode SAS.
Prinsip tersebut adalah :
a.
Kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga
pengajaran dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola
kalimat dasar.
b.
Struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan
konsep yang jelas dalam pikiran/pemikiran murid.
c.
Unsur-unsur
yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula (sintesis).
d.
Struktur yang dipelajari hendaknya merupakan
pengalaman bahasa murid sehingga mereka mudah memahami serta mampu
menggunakannya dalam berbagai situasi.
Metode
ini dibagi menjadi 2 tahap, yaitu: (10 tanpa buku, (2) menggunakan buku.
Mengenai itu, Momo (1987:12) mengemukakan beberapa cara yaitu:
1.
Tahap tanpa buku, dengan cara:
a) Merekam
bahasa siswa
Bahasa
yang digunakan di dalam percakapan mereka direkam untuk digunakan sebagai bahan
bacaan, sehingga murid tidak akan mengalami kesulitan.
b) Menampilkan
gambar sambil bercerita
Guru
memperlihatkan gambar kepada murid, sambil bercerita sesuai dengan gambar
tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita itu digunakan
sebagai pola dasar bahan membaca.
c) Membaca
gambar dengan kartu kalimat
Setelah murid
dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat di bawah
gambar.
d) Membaca
kalimat secara struktural (S)
Setelah murid
mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit demi sedikit gambar
dikurangi sehingga mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar.
Misalnya:
ini bola adi
ini bola ali
ini bola tuti
e) Proses
Analitik (A)
Sesudah murid
dapat membaca kalimat, mulailah murid menganalisis kalimat itu menjadi kata,
kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf
f) Proses
Sintetik (S)
Setelah murid
mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang diuraikan, huruf-huruf itu dirangkaikan
lagi menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat
semula.
2.
Tahap dengan buku, dengan cara:
a) membaca
buku pelajaran
b) membaca
bacaan yang disusun siswa secara bekelompok
c) membaca
bacaan yang disusun oleh siswa secara individual
d) membaca
bacaan yang disusun guru dan siswa
Kelebihan Metode SAS
antara lain:
a) Metode ini dapat sebagai landasan
berpikir analisis.
b) Metode
ini mempertimbangkan pengalaman bahasa anak
c) Metode
ini sesuai prinsip inquiri (menemukan sendiri) dengan begitu anak merasa
percaya diri pada kemampuannnya sendiri.
Kelemahan metode SAS antara lain:
a) Kurang
praktis
b) Membutuhkan
banyak waktu
c) Membutuhkan
alat peraga
Mulyadi (2009:20) berpendapat dari
berbagai macam metode yaitu metode eja/bunyi, metode abjad, metode suku kata
dan kata , metode global, dan metode SAS tidak ada metode yang paling baik.
Semua metode mempunyai kelebihan dan kekurangandan masing-masing mempunyai
tujuan untuk menunjang keefektifan pembelajaran. Kefektifan metode pengajaran
MMP yang dimaksudkan keberhasilan metode tertentu melebihi metode lain dalam
pengajaran MMP dalam mencapai tujuan pengajaran, berdasarkan pengalaman
guru-guru yang pernah mengajarkannya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Membaca dan menulis permulaan merupakan
program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis
permulaan di kelas-kelas awal pada saat anak-anak mulai memasuki bangku
sekolah. Kemampuan membaca
permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan membaca tingkat dasar, yakni
kemampuan melek huruf. Kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda
dengan kemampuan membaca permulaan. Pembelajaran menulis lebih diorientasikan
pada kemampuan yang bersifat mekanik. Tujuan pembelajaran ini agar siswa
terampil membaca dan menulis serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilan
bahasa guna menghadapi kelas berikutnya. Oleh karena itu untuk tercapainya
tujuan tersebut guru harus menggunakan berbagai metode yang menarik dalam
pembelajaran. Alhkadiah (1992: 32-34) pembelajaran membaca dan menulis
permulaan, ada berbagai metode yang dapat dipergunakan antara lain: (1) metode
bunyi, (2) metode abjad, (3) metode suku kata dan kata, (4) metode global, (5)
metode SAS .
B. SARAN
Proses
pembelajaran guru harus mampu memberikan pemahaman pada siswa
dengan cara mengajarkan membaca menulis permulaan yang benar dan mudah dipahami
peserta didik. Selain itu guru memilih dan menggunakan metode
sesuai dengan bahan atau materi pembelajaran yang akan disampaikan pada siswa.
Metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada siswa kelas rendah di sekolah
dasar. Guru dianjurkan memilih salah satu metode yang cocok dan sesuai untuk
diterapkan pada siswa. Guru sebaiknya mempertimbangkan pemilihan metode
pembelajaran yang aakan digunakan sebagai berikut:
1. Dapat
menyenangkan siswa
2. Tidak
menyulitkan siswa untuk menyerapnya
3. Bila
dilaksanakan lebih efektif dan efisien
4. Tidak
memerlukan fasilitas dan sarana yang rumit
DAFTAR
PUSTAKA
Broto, A.S. 1980. Pengajaran Bahasa Indonesia dengan Metode
Struktural Analisis Sintesis. Jakarta: IKIP Jakarta.
Dekdikbud.
1991. Petunjuk Pengajaran Membaca dan
Menulis Kelas I, II di Sekolah Dasar. Jakarta: P2MSDK
Depdiknas. 2000. Metodik
Khusus Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas
Dirjen Dikdasmen.
Maksan, Marjusman. 1982. Pengajaran Membaca Permulan dengan Sistem
Modul, Majalah Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Depdikbud, Nomor 2
Tahun 1982
Momo. 1980. Penggunaan Metode SAS dalam Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar.
Jakarta: P3G Depdikbud.
Kundharu Saddhono, St.Y. Slamet.
2013. Pembelajaran Membaca dan Menulis di
Sekolah Dasar.Surakarta: UNS Press.
Purwanto, M. Ngalim dan Djeniah.
1997. Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Jakarta:
PT Rosda Jayaputra.
Sugiyarto, dkk.1980.Metodik Khusus Bahasa Indonesia. Solo:
Tiga Serangkai
Supriyadi,
dkk. 1991. Materi Pokok Pendidikan Bahasa
Indonesia 2 (modul PPDG 2331). Jakarta: PPGSD Setara D-II.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar